Magnetoresistive merupakan suatu material ferromagnetic
yang akan berubah resistansinya ketika dikenai medan magnet external. Efek ini
pada awalnya ditemukan oleh William Thomson
pada tahun 1856. Efek ini kemudian dinamakan ordinary magnetoresistance (OMR).
Dalam eksperimennya, William
Thomson menemukan adanya peningkatan resistansi pada sebuah kepingan besi ketika
arus yang melewati kepingan besi tersebut sejajar arahnya dengan gaya magnet
dan berkurang ketika arah arus 90o dari
gaya magnet. Kemudian dia memvariasikan eksperimennya dengan menggunakan
kepingan nikel dan dia menemukan efek yang sama akan tetapi nilainya lebih
besar. Efek ini selanjutnya mengacu pada anisotropic magnetoresistance (AMR).
Sensor ini dalam aplikasinya hampir sama dengan Hall Effect
sensor. Dalam pegoperasiannya, dibutuhkan medan magnet external. Sensor ini
dapat digunakan sebagai proximity, detector posisi dan rotasi. Untuk melakukan
fungsinya ini sensor harus dikombinasikan dengan sebuah sumber medan magnet.
Anisotropic Magnetoresistance (AMR)
AMR merupakan material
yang resistansinya bergantung pada sudut antara arah arus dan medan magnetnya.
AMR biasanya digunakan untuk mengukur medan magnet bumi (sebagai kompas),
pengukuran arus listrik (dengan mengukur medan magnet disekitar konduktor),
pendeteksi posisi dan sudut.
Cara kerja
Magnetoresistive Sensor
Ketika arus melewati material feromagnetik, vector magnet
internal parallel terhadap arah arus. Ketika medan magnet eksternal diberikan
berlawanan dengan arah arus, maka posisinya akan berubah seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut
Resistansi bergantung pada sudut yang dibentuk antara vector
magnet internal dan arah arus.
Resistansi paling besar terjadi jika aliran arus dan vector magnet
internal parallel. Sementara resistansi terkecil terjadi ketika arah arus 90o
terhadap vector magnet internal.
Umumnya, 4 buah sensor
dihubungkan dengan jembatan Wheatstone untuk
mendapatkan sensitivitas yang maksimum dan pengaruh temperatur kecil. Ketika
medan magnet eksternal mempengaruhi sensor dan mengubah nilai resistansinya
akibatnya jembatan Wheatstone tidak seimbang dan menghasilkan output yang
sebanding dengan kuat medan magnet. dengan konfigurasi ini dapat mereduksi
temperature drift dan penggandaan sinyal output.
Keunggulan
Magnetoresistive Sensor
·
Merupakan
sensor non kontak
·
Memiliki
offset yang rendah dan stabil
·
Sensitivitas
tinggi untuk mengukur medan magnet yang lemah
·
Sensitivitas
rendah terhadap gangguan mekanik
·
Dapat
bekerja pada temperatur tinggi
·
Wilayah
frekuensinya dari 0 Hz – 1 MHz
·
Ukuran
kecil
·
Respon
cepat
Kelemahan
Magnetoresisitive Sensor
·
Sangat
sensitive pada gangguan medan magnet. Medan magnet yang sangat kuat dapat
merusak sensor
·
Temperature
drift
·
Limited
liniear range
·
Poor
temperature characteristic
Aplikasi
Megnetoresistive Sensor
·
Wheel
speed sensors
·
Pengukuran
sudut
·
Pengukuran
perpindahan linier
·
Pengukuran
arus
·
Sebagai
kompas atau navigasi
·
Detector
logam
·
Pengukuran
medan magnetik
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikel bagus. Boleh tau sumbernya dari mana ya?
BalasHapus